Translate

Kamis, 15 Mei 2014

Tuhan, Aku bersyukur :)

Dilahirkan di Citeureup, Bogor 21 tahun yang lalu. Aku memang terlahir di keluarga biasa saja, bukan di keluarga yang kaya raya, bahkan bisa dibilang sangat sederhana. Ayahku seorang pegawai di salah satu perusahaan obat-obatan, dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang tak berpenghasilan.

Aku menghabiskan masa kecilku di Citeureup, menempati sebuah rumah kontrakan di salah satu kampung disana. Ayah dan Ibuku adalah warga pendatang, ayahku dari Jawa, dan Ibuku dari Cikampek. Masa kecilku, tidak terlalu asik. Aku selalu iri melihat teman-temanku bisa bermain hujan-hujanan, bisa bermain hingga larut malam, sedangkan aku, hidup dengan banyak larangan, walaupun begitu aku tau itu semua dilakukan orang tuaku demi kebaikanku, juga karena aku rentan terkena penyakit.

Aku agak sedikit berbeda dari anak perempuan umumnya, aku merasa aku tidak feminim, bahkan sepertinya mainan laki-laki yang aku miliki lebih mendominasi dibandingkan mainan anak perempuan pada umumnya. Selain itu, rambutku tidak mudah tumbuh, hingga Sekolah dasar kelas 4 rambutku baru mulai panjang, sebelumnya rambutku seperti bayi yang baru dilahirkan.
Pada saat aku kelas 2 SD, adikku dilahirkan. Mulailah aku merasa tersisihkan. Aku iri, kesal, tapi tetap saja aku senang karena aku tidak lagi sendirian.
Prestasiku di sekolah cukup baik, dari TK hingga kelas 6 SD aku selalu mendapatkan peringkat di kelas, dari peringkat 10 besar hingga peringkat 2 pernah aku rasakan. Aku merasa aku tidaklah pintar, memang, dan aku bukanlah anak yang rajin belajar, terkadang aku berpikir ini anugerah atau turunan karena orang tuaku bilang dulu mereka adalah anak yang pintar.

Dulu cita-citaku adalah menjadi seorang dokter, cita-cita yang umumnya diimpian oleh anak kecil. Aku berencana melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Citeureup, akan tetapi takdir berkata lain, memang nilaiku cukup, tapi ayahku memutuskan untuk tidak lagi mengontrak rumah dan pindah ke Cibinong. Sebelumnya ayahku juga pernah berniat pindah rumah, akan tetapi rumah di perumahan yang DPnya telah dibayar lunas itu tak ada kelanjutannya dan ayahku tertipu.

Akhirnya, 3 Juli 2005 ketika teman-temanku sedang mengadakan perpisahan, aku pindah ke perumahan sederhana yang berada di Cibinong. Aku sering membayangkan bahwa pindah rumah itu sangat tidak menyenangkan, dan itu benar sekali. Aku harus beradaptasi, apalagi ketika masuk ke sekolah yang tidak pernah aku impikan sebelumnya. Memang cukup beruntung, aku bisa masuk ke sekolah favorit di daerah sana dengan nilai yang aku punya, tapi itu tidak menyenangkan karena aku tidak memiliki kenalan satupun disana.

Aku bukan anak yang mudah bergaul, aku cenderung pendiam, tapi aku akan sangat tidak diam dengan orang yang bisa membuatku nyaman. Masa remaja, aku lalui dengan biasa-biasa saja. Seperti remaja pada umumnya, biasanya akan merasakan yang namanya cinta pertama. Begitupun aku, tersihir film Harry Potter dan ketika melihat seorang kaka kelas berinisial SPP aku langsung jatuh cinta, mungkin cinta pertama. Dan aku tidak bisa menyembunyikannya hingga beberapa dari temanku tau. Masa itu juga aku memiliki pengalaman yang namanya pacar pertama, bukan orang yang aku kejar-kejar, tapi orang yang cukup baik. Itupu karena aku ingin balas dendam, pasalnya sejak di Citeureup tidak satu dua orang saja yang aku tolak, dan aku agak menyesal setelah menolaknya. Dan aku tidak mau lagi menyesal. Hingga pada akhirnya perpisahan terjadi. Tidak sakit, hanya kecewa. Belum merasakan bagaimana yang namanya sakit hati.

Akhir kelas 3 semua orang sudah tau kemana mereka akan melanjutkan, sedangkan aku, bingung. Aku tidak memiliki persiapan apapun, aku hanya les di sekolah, tidak mendaftar les di luar seperti teman-temanku. Sebenarnya aku ingin mendaftar di SMK favorit di dekat rumahku, tapi karena nilai IPAku saat itu tidak begitu bagus maka tidak berani mendaftar. Akupun akhrnya mengikuti teman-temanku untuk mendaftar di SMA favorit yang tidak jauh dari rumahku. Agak minder sebenarnya, teman-temanku berniat sekali masuk kesana, mereka les disana sini, belajar, sedangkan aku, ujian saja aku malas belajar.
Ketika tes aku hanya pasrah, jika gagal aku sudah bilang pada orang tuaku untuk memasukan ke sekolah manapun yang mereka mampu. Tapi ternyata aku bisa melewati tes tersbut, bisa dibilang soal yang ada hampir mirip dengan soal ujian nasional.

Saat pengumuman, benar saja aku lolos, bahkan nilaiku cukup baik. Disana aku ditempatkan di kelas yang juga cukup baik. Dan kemudian kembali aku dihadapkan dengan cinta. Aku bertemu dengan dia karena saat itu kami dijadikan 1 team untuk ekskul sekolah. Dari beberapa anak dalam team, hanya aku, dia dan satu orang lagi laki-laki yang hadir, itu membuat aku yang pendiam ini tidak bisa mengobrol dengan baik.
Ternyata dia mengenal teman SDku, dan tinggal di dekat rumahku yang dulu. Sepertinya itu yang membuat pembicaraan kami mulai banyak. Dia tidak tampan, tapi sangat baik dan sopan. Karena kami sering melakukan komunikasi di SMS akhirnya suatu hari kami resmi sama-sama, walau sama sekali kami belum pernah lagi berbicara berdua. Cukup terkejut, temanku bilang dia kaya raya, bahkan ada yang berpikir aku memacarinya karena kaya, padahal tau rumah atau orang tuanya saja tidak. Banyak sekali yang bilang aku beruntung, ya aku merasa kali itu aku sangat beruntung, dia baik, dan yang paling menonjol adalah dia adalah anak yang pintar. Dia banyak membantuku belajar, terutama pada pelajaran sains. Sampai akhirnya kelas 2 kami terpisah jurusan, nilaiku kurang sedikit lagi untuk masuk ke jurusan IPA. Sakit sekali rasanya, padahal setiap aku Tes IQ, aku selalu mendapat nilai superior dan disarankan masuk IPA. Dan hubungan kamipun tidak berjalan dengan baik. Mungkin karena sangat kecewa, merasa tidak punya salah, atau merasa terlalu tiba-tiba aku sangat frustasi dan membencinya. Untung saja aku punya teman-teman yang baik yang menghiburku saat itu. Akhirnya aku hidup normal lagi, dan mulai menyukai Jurusanku. Aku coba-coba mengikuti seleksi untuk mewakili sekolah ke olimpiade akuntansi, dan ternyata aku terpilih menjadi salah satu dari 6 orang yang berangkat. Walaupun kami hanya maju ke babak ke-2 kan tetapi itu adalah  satu loncatan terindah dalam hidupku.

Kelas 3, aku kembali mendapat godaan untuk mencintai seseorang yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, XX, orang yang disukai oleh temanku, orang yang aku usahakan untuk menyukai temanku, ternyata dia menyukai aku. 1x dia mencoba, aku masih biasa saja, aku merasa sangat bersalah kepada temanku. 2x dia mencoba, aku mulai memberi respon dan aku beritahu kalau temanku menyukainya, dan aku sangat-sangat menyesal untuk temanku. Akhirnya temanku tau yang terjadi, dan dia memohon agar aku berusaha tidak menghiraukannya. Mungkin karena aku kecewa dengan perkataan temanku, merasa selama ini aku sudah berusaha untuknya, walau dia tidak tahu, dan si XX itu mengatakan kalau dibelakangku temanku ini mengatakan blab la bla, merasa sangat tidak dihargai, akupun marah dan kami pun bertengkar. Akhirnya laki-laki itu dan aku, kami menjalani hubungan dengan orang yang tidak kami cintai demi temanku.
Dan bersama laki-laki itu, merupakan penyesalan terberatku ketika hidup. Aku banyak berkorban untuknya, sudah berusaha mati-matian menyukainya, dan ketika jatuh ke hatinya dia malah membuangku.

Oh iya, aku kuliah di perguruan tinggi swasta. Sangat tidak membanggakan, awalnya. Tapi aku memiliki prestasi yang cukup baik untuk membahagiakan orang tuaku. Dan itu embuatku cukup percaya diri. Akan tetapi masalahku bersama laki-laki itu membuat kuliahku hamper saja berantakan, kesehatanku tidak baik. 1 bulan, 2 bulan, bahkan butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali menjalani hidup seperti biasa. Dengan menyibukan diri, aktif mengajar, aku mulai membuka diri dan biasa saja.

Dan hari itu muncul, ketika aku kembali merasakan sesuatu setelah satu tahun merasa kosong. Hangat, nyaman, penuh harap. Aku menyukai temanku. Sebenarnya aku memang sudah menyukainya dulu, tapi hanya sebatas suka biasa. Dia bukan orang yang pandai bicara, cenderung diam seperti aku, jadi aku tidak pernah bermimpi bisa dekat dengannya. Beberapa semester bahkan aku sama sekali tidak memiliki no Hpnya. Jadi kami hanya berinteraksi ketika ujian, karena kami duduk bersebelahan. Tapi karena ada keperluan kelompok, aku meminta nomornya itupun ke temanku. Seingatku, aku yang menghubunginya duluan. Dan setelah itu tidak ada interaksi lagi. Menanyakan nilai, paling itu yang dia lakukan. Sampai pada akhirnya dia dan teman-temannya belajar di rumahku. Kami jadi sama-sama sering bercanda bersama sehingga tidak lagi terlalu canggung.

Dan suatu hari, aku cukup kaget ketika dia memberikanku coklat. Jujur saja, aku tidak pernah mendapatkan coklat dari pria manapun kecuali sudah jadian dan hal itu membuatku sangat berbunga-bunga. Aku berpikir, apa mungkin dia menyukaiku. Tapi pikiranku pupus, melihatnya dekat dengan gadis lain. Hatiku sakit, cemburu sudah jelas. Dan aku tidak lagi berppikir kesitu.
Tapi di ujian yang berikutnya, kami semakin dekat, mungkin karena HP sekarang canggih jadi aku bisa berbalas chat dengannya, cukup intens. Selain itu, aku merasa teman-temannya selalu mengejek kami berdua, aku mencium ada sesuatu yang terjadi. Sampai suatu hari, aku benar-benar tidak tahan karena rasanya setiap hari ia semakin memberi aku harapan. Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan kalau aku menyukainya. Sungguh aku merasa gila, rasanya urat malu ku sudah hilang, aku belum pernah mengatakan hal memalukan itu sebelumnya. Dan keadaan semakin tak karuan ketika ternyata dia juga bilang kalau dia menyukaiku.

Satu bulan, kami melakukan proses yang namanya pendekatan. Dan akhirnya kami sama-sama memutuskan untuk bersama. Sudah 8  bulan, sudah hamper satu tahun. Pertengkaran demi pertengkaran, kenyataan demi kenyataan, telah kami lewati, khususnya dia. Dia adalah laki-laki yang paling sabar yang pernah aku temui, dia menerimaku dengan tulus, meskipun aku sedikit lebih tua darinya, mrskipun aku sangat manja, dia begitu hangat melindungiku, menjagaku, menemaniku. Usaha demi usaha dia lakukan untukku. Walau dia merasa dia tidak berguna, tapi tidak bagiku.. Dia bisa jadi sosok sahabat ketika aku bingung ingin bercerita kemana, dia bisa jadi sosok kakak yang menuntun adiknya, dia bisa jadi pria dewasa yang melindungiku, bahakan dia bisa jadi seorang adik yang manja. Padahal aku bukan gadis feminim, bukan gadis yang selalu menyenangkan, aku hanya bisa marah, mengadu, dan usil padanya, bahkan aku rasa aku sering skali menyakiti hatinya, tapi dia sellu disini, setia ada untukku. Ya mungkin dia memiliki kekurangan, mungkin dia belum jadi apa-apa, tapi aku percaya, aku bisa menemaninya dan dia bisa menemaniku untuk menggapai cita-cita kami yang seluas angkasa. Mungkin memang kami baru ada di bulan ke-8, tapi aku harap ada bulan ke-9 dan seterusnya karena aku sangat menyayanginya. Dan aku sangat bersyukur, hari ini aku memiliki ayah, ibu, adik, pacar, dan sahabat terbaik sepanjang hidupku. Selain itu, aku bersyukur masih diberikan kesehatan, walau hidupku tidak sempurna, tidak seperti drama-drama yang aku tonton, tapi Alhamdulillah aku bisa melewati ujian, dan bisa menulis ini semua. Terima kasih Ya Allah :]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar